HAKIKAT BELAJAR SEBAGAI PROSES TRANSFORMASI

Table of Contents

 

Abstrak

Belajar adalah inti dari proses pendidikan yang memungkinkan transformasi mendalam pada individu. Melalui belajar, terjadi perubahan perilaku, pemahaman, keterampilan, serta kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap lingkungan dan tantangan baru. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan hakikat belajar sebagai proses yang mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik, berdasarkan analisis teori dan praktik pendidikan. Proses belajar dipahami sebagai interaksi dinamis antara individu dan lingkungan, di mana informasi baru diproses dan diintegrasikan ke dalam pengetahuan yang telah ada. Faktor-faktor utama yang memengaruhi pembelajaran, seperti motivasi, lingkungan belajar, strategi pembelajaran, dan karakteristik individu, dibahas secara rinci. Motivasi, baik intrinsik maupun ekstrinsik, memainkan peran penting dalam menentukan keberhasilan proses belajar, sementara lingkungan fisik dan sosial memberikan dukungan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang optimal. pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, seperti pembelajaran kolaboratif dan berbasis proyek, telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Artikel ini juga menyoroti peran teknologi dalam memfasilitasi pembelajaran modern, terutama melalui personalisasi dan fleksibilitas metode pengajaran. Hasil kajian ini menegaskan pentingnya pemahaman yang mendalam tentang hakikat belajar bagi pendidik dalam merancang strategi yang relevan dan bermakna. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya berfokus pada hasil akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan hidup individu untuk menghadapi era globalisasi.

Kata Kunci: Hakikat Belajar, Proses Transformasi, Pendidikan, Strategi Pembelajaran.

 

Abstrak

Learning is at the heart of the educational process which enables deep transformation of the individual. Through learning, there is a change in behavior, understanding, skills, and an individual's ability to adapt to new environments and challenges. This article aims to describe the nature of learning as a process that includes cognitive, affective and psychomotor dimensions, based on an analysis of educational theory and practice. The learning process is understood as a dynamic interaction between the individual and the environment, in which new information is processed and integrated into existing knowledge. The main factors that influence learning, such as motivation, learning environment, learning strategies, and individual characteristics, are discussed in detail. Motivation, both intrinsic and extrinsic, plays an important role in determining the success of the learning process, while the physical and social environment provides support to create optimal learning conditions. Learner-centered learning approaches, such as collaborative and project-based learning, have been proven effective in improving learning outcomes. This article also highlights the role of technology in facilitating modern learning, especially through personalization and flexibility of teaching methods. The results of this study emphasize the importance of a deep understanding of the nature of learning for educators in designing relevant and meaningful strategies. Thus, education does not only focus on academic results, but also on developing individual character and life skills to face the era of globalization.

Keywords: The Nature of Learning, Transformation Process, Education, Learning Strategies.

 

Pendahuluan

Belajar merupakan proses fundamental dalam kehidupan manusia yang menjadi kunci utama dalam pengembangan individu dan masyarakat. Melalui belajar, manusia memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mendukung adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan. Tidak hanya terbatas pada konteks pendidikan formal seperti sekolah atau universitas, belajar juga berlangsung dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial, eksplorasi, dan pengalaman langsung. Dalam pandangan (Ghufron & Baitiyah, 2023), belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman. Definisi ini menegaskan bahwa belajar bukan hanya aktivitas sesaat, tetapi proses yang memiliki dampak jangka panjang terhadap individu. Hakikat belajar mencakup berbagai dimensi, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimensi kognitif berhubungan dengan pemrosesan informasi, berpikir kritis, dan kemampuan memecahkan masalah. Dimensi afektif mencakup emosi, sikap, dan motivasi yang memengaruhi minat seseorang untuk belajar. Sementara itu, dimensi psikomotorik berkaitan dengan keterampilan fisik yang dikembangkan melalui praktik dan pengalaman. Ketiga dimensi ini saling berkaitan dalam menciptakan proses belajar yang bermakna dan menyeluruh.

Dalam era globalisasi yang ditandai oleh perkembangan teknologi dan informasi yang pesat, kemampuan belajar sepanjang hayat (lifelong learning) menjadi kebutuhan yang tidak terelakkan. Dunia yang terus berubah menuntut individu untuk terus memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka agar tetap relevan dan kompetitif. Oleh karena itu, belajar tidak lagi dilihat sebagai proses yang berhenti setelah pendidikan formal selesai, tetapi sebagai perjalanan berkelanjutan sepanjang kehidupan. Berbagai teori belajar telah dikembangkan untuk memahami bagaimana proses ini berlangsung dan bagaimana meningkatkan efektivitasnya. Teori behaviorisme, yang dipelopori oleh Pavlov, Skinner, dan Watson, menekankan pentingnya pengkondisian melalui stimulus dan respons. Teori ini menjelaskan bahwa belajar adalah hasil dari kebiasaan yang diperkuat oleh pengulangan dan konsekuensi. Meskipun behaviorisme memiliki kontribusi besar dalam memahami aspek-aspek mekanis dari pembelajaran, teori ini memiliki keterbatasan dalam menjelaskan proses internal seperti pemikiran dan motivasi.

Sebagai respons terhadap kekurangan tersebut, muncul teori konstruktivisme yang dipelopori oleh Piaget dan Vygotsky. Teori ini menekankan bahwa belajar adalah proses aktif di mana individu membangun pemahaman mereka sendiri berdasarkan pengalaman dan interaksi sosial. Dalam pendekatan konstruktivisme, pembelajaran tidak hanya berfokus pada penguasaan fakta, tetapi juga pada pengembangan kemampuan untuk berpikir secara kritis dan kreatif. Teori ini juga menyoroti pentingnya konteks dan budaya dalam proses belajar, serta peran pendidik sebagai fasilitator yang mendukung peserta didik dalam membangun pengetahuannya sendiri. teori kognitivisme memberikan wawasan mendalam tentang peran proses mental dalam pembelajaran. Teori ini menekankan pentingnya perhatian, memori, dan pemecahan masalah sebagai elemen utama dalam pengolahan informasi. Dengan memahami bagaimana individu memproses dan menyimpan informasi, pendidik dapat merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif. Misalnya, penggunaan metode pembelajaran yang melibatkan peta konsep atau alat bantu visual dapat membantu peserta didik dalam mengorganisasi dan mengintegrasikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif mereka.

Lingkungan belajar juga memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung proses pembelajaran. Lingkungan fisik yang nyaman, seperti ruang kelas yang terang dan bebas gangguan, dapat meningkatkan konsentrasi dan produktivitas peserta didik. Di sisi lain, lingkungan sosial, termasuk hubungan positif antara pendidik dan peserta didik, memberikan dukungan emosional yang mendorong motivasi belajar. Lingkungan yang inklusif dan suportif memungkinkan peserta didik merasa dihargai dan termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Motivasi merupakan faktor internal yang tidak kalah penting dalam memengaruhi hasil pembelajaran. Motivasi dapat bersifat intrinsik, yang berasal dari dalam diri individu, atau ekstrinsik, yang dipengaruhi oleh faktor luar seperti penghargaan atau pengakuan. Penelitian menunjukkan bahwa motivasi intrinsik lebih efektif dalam mendorong pembelajaran jangka panjang karena melibatkan komitmen emosional dan keterlibatan aktif individu dalam proses belajar. Selain faktor internal dan lingkungan, teknologi juga memiliki dampak besar dalam mengubah cara belajar. Dalam era digital ini, teknologi memberikan fleksibilitas dan aksesibilitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Platform pembelajaran daring, simulasi virtual, dan alat interaktif memungkinkan peserta didik untuk belajar kapan saja dan di mana saja. Teknologi juga mendukung pembelajaran yang dipersonalisasi, di mana metode dan materi disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi individu. Hakikat belajar memiliki implikasi yang luas dalam dunia pendidikan. Pendidik dituntut untuk merancang strategi pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi peserta didik. Pendekatan berbasis proyek (project-based learning), pembelajaran kolaboratif, dan penggunaan teknologi hanyalah beberapa contoh pendekatan yang dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik. Selain itu, pendidikan harus memperhatikan pengembangan karakter, nilai-nilai etis, dan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berkontribusi pada masyarakat. pendidik dapat menciptakan pengalaman belajar yang tidak hanya berfokus pada hasil akademik, tetapi juga pada pengembangan potensi individu secara holistik. Pembelajaran yang bermakna tidak hanya menghasilkan individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga yang berkarakter, kreatif, dan adaptif terhadap perubahan.

Metode

Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi literatur sebagai pendekatan utama. Pendekatan ini dipilih karena memungkinkan analisis mendalam terhadap berbagai teori, konsep, dan praktik yang relevan dengan tema hakikat belajar. Studi literatur merupakan metode yang efektif untuk menggali informasi dari berbagai sumber terpercaya guna mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai suatu topik. Dalam konteks penelitian ini, pendekatan studi literatur memberikan dasar teoritis yang kuat untuk menganalisis proses belajar dari perspektif yang berbeda. Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengacu pada berbagai sumber akademik yang mencakup buku teks, artikel jurnal ilmiah, laporan penelitian, dan dokumen resmi. Pemilihan sumber data didasarkan pada kriteria tertentu, seperti relevansi terhadap tema kajian, kredibilitas sumber, serta publikasi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir untuk menjaga relevansi konten dengan perkembangan terkini dalam dunia pendidikan. Sumber-sumber tersebut dianalisis untuk menggali konsep-konsep utama terkait teori belajar dan penerapannya dalam praktik pendidikan.

Fokus utama analisis adalah pada tiga teori belajar yang memiliki pengaruh signifikan dalam dunia pendidikan, yaitu behaviorisme, konstruktivisme, dan kognitivisme. Behaviorisme, yang menekankan pada stimulus dan respons, digunakan untuk memahami aspek mekanis dalam proses pembelajaran, terutama dalam konteks pembelajaran yang bersifat pengulangan atau pengkondisian. Konstruktivisme, yang dikembangkan oleh Piaget dan Vygotsky, menekankan pentingnya pengalaman individu dan interaksi sosial dalam pembentukan pengetahuan. Sementara itu, teori kognitivisme memberikan wawasan mengenai peran proses mental, seperti memori dan pemecahan masalah, dalam pembelajaran. Proses analisis dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama adalah seleksi literatur, di mana sumber-sumber yang relevan dipilih berdasarkan kualitas dan relevansi terhadap tema kajian. Tahap kedua melibatkan sintesis data, yaitu penggabungan informasi dari berbagai literatur untuk mengidentifikasi tema-tema utama dan hubungan antara teori-teori yang dianalisis. Tahap ketiga adalah interpretasi data, di mana informasi yang diperoleh digunakan untuk menjelaskan konsep hakikat belajar dan implikasinya dalam pembelajaran di berbagai konteks. Kajian ini juga memanfaatkan dokumen kebijakan pendidikan dari lembaga resmi, seperti UNESCO dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, untuk memahami bagaimana konsep belajar diterapkan dalam kebijakan pendidikan di tingkat nasional maupun global. Pendekatan ini memungkinkan penelitian untuk menghubungkan teori dengan praktik, sehingga menghasilkan analisis yang lebih holistik dan kontekstual.

Metode studi literatur dipandang sangat relevan untuk penelitian ini karena memberikan fleksibilitas dalam menganalisis konsep-konsep abstrak yang berkaitan dengan hakikat belajar. Dengan pendekatan ini, penelitian dapat memberikan panduan bagi pendidik dan praktisi pendidikan untuk merancang strategi pembelajaran yang efektif, relevan, dan berbasis teori.

Hasil dan Pembahasan

Hakikat Belajar

Belajar merupakan proses transformasi yang mendalam pada individu, mencakup perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, sikap, dan perilaku. Hakikat belajar melibatkan interaksi dinamis antara individu dengan lingkungannya, baik secara fisik, sosial, maupun psikologis. Menurut Vygotsky (1978), belajar tidak hanya terjadi secara individu, tetapi juga melalui interaksi sosial, di mana individu memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui bimbingan dan kolaborasi dengan orang lain. Konsep zona perkembangan proksimal (zone of proximal development) menjadi salah satu landasan penting dalam memahami hakikat belajar, yang menunjukkan perbedaan antara apa yang dapat dilakukan individu secara mandiri dan apa yang dapat dicapai dengan bantuan orang lain. Selain itu, teori konstruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget menekankan bahwa belajar adalah proses aktif di mana individu membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman langsung. Dalam pandangan ini, belajar bukan hanya menerima informasi, tetapi juga menciptakan makna dari informasi tersebut. Dimensi belajar ini mencakup domain kognitif (pemikiran dan pengetahuan), afektif (emosi dan sikap), dan psikomotorik (keterampilan fisik). Ketiga domain ini bekerja secara sinergis dalam menciptakan proses pembelajaran yang bermakna. Dalam konteks pendidikan formal, hakikat belajar bertujuan untuk menciptakan individu yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan mandiri. Namun, belajar tidak terbatas pada ruang kelas; belajar informal melalui pengalaman sehari-hari juga memiliki peran penting. Melalui pembelajaran informal, individu dapat mengembangkan keterampilan sosial, nilai-nilai budaya, dan kemampuan adaptasi yang tidak selalu diperoleh dari pendidikan formal.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

1. Motivasi

Motivasi merupakan elemen penting dalam proses belajar. Motivasi intrinsik, seperti minat dan keinginan untuk memahami, mendorong individu untuk belajar dengan lebih mendalam dan berkelanjutan. Sebaliknya, motivasi ekstrinsik, seperti penghargaan atau dorongan dari orang lain, dapat membantu memulai proses belajar tetapi kurang efektif untuk pembelajaran jangka panjang. Menurut (Sartika et al., 2022), motivasi intrinsik berkaitan erat dengan keterlibatan emosional individu, yang menghasilkan pemahaman yang lebih baik dan peningkatan kreativitas. Motivasi intrinsik dapat diperkuat melalui pendekatan pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi peserta didik. Misalnya, penggunaan proyek yang menarik atau topik yang sesuai dengan minat peserta didik dapat meningkatkan keterlibatan mereka dalam proses belajar. Sebaliknya, kurangnya motivasi sering kali menjadi penyebab rendahnya hasil belajar, terutama ketika peserta didik merasa bahwa materi yang dipelajari tidak relevan dengan kebutuhan atau minat mereka.

2. Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar, baik fisik maupun sosial, memiliki pengaruh signifikan terhadap efektivitas pembelajaran. Lingkungan fisik yang nyaman, seperti ruang kelas yang bersih, pencahayaan yang memadai, dan suasana yang tenang, dapat meningkatkan konsentrasi peserta didik. Di sisi lain, lingkungan yang tidak mendukung, seperti kebisingan atau fasilitas yang kurang memadai, dapat menghambat proses belajar. Lingkungan sosial juga memainkan peran penting. Hubungan positif antara pendidik dan peserta didik dapat menciptakan suasana yang mendukung motivasi dan keterlibatan. Selain itu, dukungan dari teman sebaya, keluarga, atau komunitas belajar dapat memperkuat kepercayaan diri dan rasa memiliki peserta didik. Dalam konteks ini, pendekatan kolaboratif dalam pembelajaran, seperti kerja kelompok atau diskusi, dapat meningkatkan hasil belajar dengan memungkinkan peserta didik untuk saling berbagi ide dan pengalaman.

3. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang digunakan oleh pendidik sangat memengaruhi bagaimana peserta didik memahami dan menginternalisasi materi. Pendekatan pembelajaran berbasis peserta didik, seperti pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) dan pembelajaran kolaboratif, telah terbukti meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar. Strategi ini memberikan ruang bagi peserta didik untuk aktif berpartisipasi, berpikir kritis, dan mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks nyata. Sebaliknya, strategi pembelajaran yang terlalu berfokus pada metode satu arah atau ceramah sering kali kurang efektif karena membatasi interaksi dan eksplorasi peserta didik. Dalam era digital saat ini, penggunaan teknologi dalam strategi pembelajaran juga menjadi salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas proses belajar. Misalnya, penggunaan alat bantu visual, simulasi interaktif, atau platform pembelajaran daring dapat membantu peserta didik memahami konsep yang kompleks dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami.

Implikasi Pendidikan

Pemahaman tentang hakikat belajar memberikan landasan bagi pendidik untuk merancang pengalaman belajar yang lebih bermakna dan relevan. Pendekatan yang berpusat pada peserta didik menuntut pendidik untuk tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga menciptakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk belajar secara aktif. Salah satu pendekatan yang efektif adalah pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), di mana peserta didik diberi kesempatan untuk mengeksplorasi topik yang relevan dengan minat mereka, bekerja dalam tim, dan memecahkan masalah dunia nyata. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan hasil belajar tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial, kepemimpinan, dan manajemen waktu. Teknologi juga membuka peluang baru dalam pembelajaran. Penggunaan platform pembelajaran daring memungkinkan akses informasi yang lebih luas, fleksibilitas waktu belajar, dan personalisasi metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan individu. Teknologi seperti simulasi virtual atau video interaktif juga memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan mendalam. Selain itu, pendidikan harus mencakup pengembangan karakter dan keterampilan sosial-emosional (Ummah, 2019). Belajar tidak hanya bertujuan untuk mencapai hasil akademik tetapi juga untuk membentuk individu yang memiliki nilai-nilai etis, empati, dan tanggung jawab sosial. Pendidikan karakter dan pembelajaran sosial-emosional perlu diintegrasikan dalam kurikulum untuk menciptakan individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga bijaksana dalam pengambilan keputusan dan interaksi sosial.

Proses belajar melibatkan berbagai elemen yang saling berinteraksi, termasuk motivasi, lingkungan, dan strategi pembelajaran. Pemahaman tentang hakikat belajar membantu pendidik menciptakan pengalaman belajar yang tidak hanya relevan tetapi juga bermakna. Dengan mengadopsi pendekatan yang berpusat pada peserta didik, memanfaatkan teknologi, dan mengintegrasikan nilai-nilai karakter, pendidikan dapat menciptakan individu yang siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi positif dalam masyarakat.

Penutup

Kesimpulan

Hakikat belajar merupakan inti dari proses pendidikan yang melibatkan perubahan mendalam dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik individu. Belajar tidak hanya tentang transfer pengetahuan tetapi juga melibatkan transformasi yang menyeluruh, mencakup pembentukan karakter, pengembangan keterampilan, dan penyesuaian dengan tuntutan kehidupan. Proses belajar memungkinkan individu untuk memahami, mengevaluasi, dan menciptakan makna dari pengalaman mereka, sehingga mendukung pertumbuhan pribadi dan social Pentingnya memahami hakikat belajar terletak pada implikasinya dalam praktik pendidikan. Pemahaman yang mendalam tentang belajar dapat memberikan panduan kepada pendidik dalam merancang strategi pembelajaran yang tidak hanya efektif tetapi juga relevan dengan kebutuhan peserta didik. Pendekatan yang berpusat pada peserta didik, seperti pembelajaran berbasis proyek dan kolaborasi, memberikan ruang bagi mereka untuk aktif berpartisipasi dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Di sisi lain, penggunaan teknologi telah membuka peluang besar untuk meningkatkan fleksibilitas, aksesibilitas, dan personalisasi pembelajaran, yang semuanya berkontribusi pada efektivitas hasil belajar. Faktor-faktor yang memengaruhi belajar, seperti motivasi, lingkungan, dan strategi pembelajaran, saling terkait dalam menciptakan kondisi belajar yang optimal. Motivasi intrinsik, yang berasal dari minat dan keinginan individu, memainkan peran penting dalam pembelajaran jangka panjang. Lingkungan belajar yang mendukung, baik secara fisik maupun sosial, memberikan fondasi bagi terciptanya proses belajar yang produktif. Selain itu, strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif dapat membantu peserta didik mengatasi tantangan pembelajaran serta mendorong eksplorasi dan kolaborasi. Kesimpulannya, hakikat belajar tidak dapat dipisahkan dari tujuan pendidikan yang lebih luas, yaitu menciptakan individu yang mandiri, adaptif, dan bertanggung jawab. Pendidikan yang berorientasi pada pengembangan holistik akan membentuk individu yang tidak hanya kompeten secara akademik tetapi juga bijaksana secara emosional dan sosial. Dalam dunia yang terus berkembang, kemampuan untuk terus belajar menjadi salah satu keterampilan terpenting yang harus dimiliki setiap individu. Oleh karena itu, pendidik dan pembuat kebijakan memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lingkungan dan sistem pembelajaran yang mendukung belajar sepanjang hayat, memastikan bahwa pendidikan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi individu dan masyarakat.

Daftar Pustaka

 

Astaman. (2020). Hakikat Belajar Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan. Jurnal Ilmiah Edukatif, 6(1), 35–39. https://doi.org/10.37567/jie.v6i1.104

Avandra, R., Desyandri, & Yeni Erita. (2023). a Korelasi Hakekat Manusia Sebagai Penerima Dan Pengembang Ilmu Terhadap Konsep Merdeka Belajar. Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 8(2), 2491–2501. https://doi.org/10.36989/didaktik.v8i2.566

Faizah, H., & Kamal, R. (2024). Belajar dan Pembelajaran. Jurnal Basicedu, 8(1), 466–476. https://doi.org/10.31004/basicedu.v8i1.6735

Fakhrurrazi. (2018). HAKIKAT PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh : Fakhrurrazi ∗ ABSTRAK. At-Tafkir, XI(1), 85–99.

Ghufron, I. F., & Baitiyah, B. (2023). Hakikat Belajar dalam Perspektif Anwar Muhammad al-Syarqawi. Jurnal Dimensi Pendidikan Dan Pembelajaran, 11(1), 127–131. https://doi.org/10.24269/dpp.v11i1.8208

Ramadhan, I., Firmansyah, H., Imran, I., Purnama, S., & Wiyono, H. (2023). Transformasi Kurikulum 2013 Menuju Merdeka Belajar Di Sma Negeri 1 Pontianak. VOX EDUKASI: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 14(1), 53–62. https://doi.org/10.31932/ve.v14i1.2097

Rika Widianita, D. (2023). KARAKTERISTIK BELAJAR DAN PEMBELAJARAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR (SD). AT-TAWASSUTH: Jurnal Ekonomi Islam, VIII(I), 1–19.

Sartika, S. B., Untari, R. S., Rezania, V., & Rochmah, L. I. (2022). Belajar Dan Pembelajaran. file:///C:/Users/Acer/Downloads/1315-Article Text-6388-1-10-20230712.pdf

Ummah, M. S. (2019). MENGHADIRKAN KELAS YANG AKTIF DALAM MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI PENERAPAN MODEL JURISPRUDENSI. Sustainability (Switzerland), 11(1), 1–14. http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELESTARI

 kelompok 25

1. Muhammad Miftahul Ilmi 

2. Mohammad Nurdin Ali Said 

3. Tria Yuni Ujianti

4. ⁠Akbar firmansyah 

5. Wisnu Dharma wibisoo

( Tria Yuni Ujianti)


(Muhammad Miftahul Ilmi)

Post a Comment