HAKIKAT BELAJAR SEBAGAI PROSES TRANSFORMASI
Abstrak
Belajar
adalah inti dari proses pendidikan yang memungkinkan transformasi mendalam pada
individu. Melalui belajar, terjadi perubahan perilaku, pemahaman, keterampilan,
serta kemampuan individu untuk beradaptasi terhadap lingkungan dan tantangan
baru. Artikel ini bertujuan untuk menguraikan hakikat belajar sebagai proses
yang mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik, berdasarkan analisis
teori dan praktik pendidikan. Proses belajar dipahami sebagai interaksi dinamis
antara individu dan lingkungan, di mana informasi baru diproses dan
diintegrasikan ke dalam pengetahuan yang telah ada. Faktor-faktor utama yang
memengaruhi pembelajaran, seperti motivasi, lingkungan belajar, strategi
pembelajaran, dan karakteristik individu, dibahas secara rinci. Motivasi, baik
intrinsik maupun ekstrinsik, memainkan peran penting dalam menentukan
keberhasilan proses belajar, sementara lingkungan fisik dan sosial memberikan
dukungan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang optimal. pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, seperti pembelajaran kolaboratif
dan berbasis proyek, telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil
pembelajaran. Artikel ini juga menyoroti peran teknologi dalam memfasilitasi
pembelajaran modern, terutama melalui personalisasi dan fleksibilitas metode
pengajaran. Hasil kajian ini menegaskan pentingnya pemahaman yang mendalam
tentang hakikat belajar bagi pendidik dalam merancang strategi yang relevan dan
bermakna. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya berfokus pada hasil akademik,
tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan hidup individu untuk
menghadapi era globalisasi.
Kata Kunci: Hakikat Belajar, Proses Transformasi,
Pendidikan, Strategi Pembelajaran.
Abstrak
Learning is at the heart of the
educational process which enables deep transformation of the individual.
Through learning, there is a change in behavior, understanding, skills, and an
individual's ability to adapt to new environments and challenges. This article
aims to describe the nature of learning as a process that includes cognitive,
affective and psychomotor dimensions, based on an analysis of educational
theory and practice. The learning process is understood as a dynamic
interaction between the individual and the environment, in which new
information is processed and integrated into existing knowledge. The main
factors that influence learning, such as motivation, learning environment,
learning strategies, and individual characteristics, are discussed in detail.
Motivation, both intrinsic and extrinsic, plays an important role in
determining the success of the learning process, while the physical and social
environment provides support to create optimal learning conditions.
Learner-centered learning approaches, such as collaborative and project-based
learning, have been proven effective in improving learning outcomes. This
article also highlights the role of technology in facilitating modern learning,
especially through personalization and flexibility of teaching methods. The
results of this study emphasize the importance of a deep understanding of the
nature of learning for educators in designing relevant and meaningful
strategies. Thus, education does not only focus on academic results, but also
on developing individual character and life skills to face the era of
globalization.
Keywords: The Nature of Learning,
Transformation Process, Education, Learning Strategies.
Pendahuluan
Belajar
merupakan proses fundamental dalam kehidupan manusia yang menjadi kunci utama
dalam pengembangan individu dan masyarakat. Melalui belajar, manusia memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang mendukung adaptasi terhadap berbagai
tantangan kehidupan. Tidak hanya terbatas pada konteks pendidikan formal
seperti sekolah atau universitas, belajar juga berlangsung dalam kehidupan
sehari-hari melalui interaksi sosial, eksplorasi, dan pengalaman langsung. Dalam
pandangan (Ghufron &
Baitiyah, 2023), belajar adalah perubahan perilaku yang relatif
permanen sebagai hasil dari pengalaman. Definisi ini menegaskan bahwa belajar
bukan hanya aktivitas sesaat, tetapi proses yang memiliki dampak jangka panjang
terhadap individu. Hakikat belajar mencakup berbagai dimensi, yakni kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Dimensi kognitif berhubungan dengan pemrosesan
informasi, berpikir kritis, dan kemampuan memecahkan masalah. Dimensi afektif
mencakup emosi, sikap, dan motivasi yang memengaruhi minat seseorang untuk belajar.
Sementara itu, dimensi psikomotorik berkaitan dengan keterampilan fisik yang
dikembangkan melalui praktik dan pengalaman. Ketiga dimensi ini saling
berkaitan dalam menciptakan proses belajar yang bermakna dan menyeluruh.
Dalam era
globalisasi yang ditandai oleh perkembangan teknologi dan informasi yang pesat,
kemampuan belajar sepanjang hayat (lifelong learning) menjadi kebutuhan yang
tidak terelakkan. Dunia yang terus berubah menuntut individu untuk terus
memperbarui pengetahuan dan keterampilan mereka agar tetap relevan dan
kompetitif. Oleh karena itu, belajar tidak lagi dilihat sebagai proses yang
berhenti setelah pendidikan formal selesai, tetapi sebagai perjalanan
berkelanjutan sepanjang kehidupan. Berbagai teori belajar telah dikembangkan
untuk memahami bagaimana proses ini berlangsung dan bagaimana meningkatkan
efektivitasnya. Teori behaviorisme, yang dipelopori oleh Pavlov, Skinner, dan
Watson, menekankan pentingnya pengkondisian melalui stimulus dan respons. Teori
ini menjelaskan bahwa belajar adalah hasil dari kebiasaan yang diperkuat oleh
pengulangan dan konsekuensi. Meskipun behaviorisme memiliki kontribusi besar
dalam memahami aspek-aspek mekanis dari pembelajaran, teori ini memiliki
keterbatasan dalam menjelaskan proses internal seperti pemikiran dan motivasi.
Sebagai
respons terhadap kekurangan tersebut, muncul teori konstruktivisme yang
dipelopori oleh Piaget dan Vygotsky. Teori ini menekankan bahwa belajar adalah
proses aktif di mana individu membangun pemahaman mereka sendiri berdasarkan
pengalaman dan interaksi sosial. Dalam pendekatan konstruktivisme, pembelajaran
tidak hanya berfokus pada penguasaan fakta, tetapi juga pada pengembangan
kemampuan untuk berpikir secara kritis dan kreatif. Teori ini juga menyoroti
pentingnya konteks dan budaya dalam proses belajar, serta peran pendidik
sebagai fasilitator yang mendukung peserta didik dalam membangun pengetahuannya
sendiri. teori kognitivisme memberikan wawasan mendalam tentang peran proses
mental dalam pembelajaran. Teori ini menekankan pentingnya perhatian, memori,
dan pemecahan masalah sebagai elemen utama dalam pengolahan informasi. Dengan
memahami bagaimana individu memproses dan menyimpan informasi, pendidik dapat
merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif. Misalnya, penggunaan metode
pembelajaran yang melibatkan peta konsep atau alat bantu visual dapat membantu
peserta didik dalam mengorganisasi dan mengintegrasikan pengetahuan baru ke
dalam struktur kognitif mereka.
Lingkungan
belajar juga memainkan peran yang sangat penting dalam mendukung proses
pembelajaran. Lingkungan fisik yang nyaman, seperti ruang kelas yang terang dan
bebas gangguan, dapat meningkatkan konsentrasi dan produktivitas peserta didik.
Di sisi lain, lingkungan sosial, termasuk hubungan positif antara pendidik dan
peserta didik, memberikan dukungan emosional yang mendorong motivasi belajar.
Lingkungan yang inklusif dan suportif memungkinkan peserta didik merasa
dihargai dan termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Motivasi
merupakan faktor internal yang tidak kalah penting dalam memengaruhi hasil
pembelajaran. Motivasi dapat bersifat intrinsik, yang berasal dari dalam diri
individu, atau ekstrinsik, yang dipengaruhi oleh faktor luar seperti
penghargaan atau pengakuan. Penelitian menunjukkan bahwa motivasi intrinsik
lebih efektif dalam mendorong pembelajaran jangka panjang karena melibatkan
komitmen emosional dan keterlibatan aktif individu dalam proses belajar. Selain
faktor internal dan lingkungan, teknologi juga memiliki dampak besar dalam
mengubah cara belajar. Dalam era digital ini, teknologi memberikan
fleksibilitas dan aksesibilitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Platform
pembelajaran daring, simulasi virtual, dan alat interaktif memungkinkan peserta
didik untuk belajar kapan saja dan di mana saja. Teknologi juga mendukung
pembelajaran yang dipersonalisasi, di mana metode dan materi disesuaikan dengan
kebutuhan dan preferensi individu. Hakikat belajar memiliki implikasi yang luas
dalam dunia pendidikan. Pendidik dituntut untuk merancang strategi pembelajaran
yang relevan dan bermakna bagi peserta didik. Pendekatan berbasis proyek
(project-based learning), pembelajaran kolaboratif, dan penggunaan teknologi
hanyalah beberapa contoh pendekatan yang dapat meningkatkan keterlibatan
peserta didik. Selain itu, pendidikan harus memperhatikan pengembangan
karakter, nilai-nilai etis, dan keterampilan sosial yang diperlukan untuk
berkontribusi pada masyarakat. pendidik dapat menciptakan pengalaman belajar
yang tidak hanya berfokus pada hasil akademik, tetapi juga pada pengembangan
potensi individu secara holistik. Pembelajaran yang bermakna tidak hanya
menghasilkan individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga yang
berkarakter, kreatif, dan adaptif terhadap perubahan.
Metode
Kajian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan metode studi literatur sebagai pendekatan utama. Pendekatan
ini dipilih karena memungkinkan analisis mendalam terhadap berbagai teori,
konsep, dan praktik yang relevan dengan tema hakikat belajar. Studi literatur
merupakan metode yang efektif untuk menggali informasi dari berbagai sumber
terpercaya guna mendapatkan pemahaman yang komprehensif mengenai suatu topik.
Dalam konteks penelitian ini, pendekatan studi literatur memberikan dasar
teoritis yang kuat untuk menganalisis proses belajar dari perspektif yang
berbeda. Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengacu pada berbagai sumber
akademik yang mencakup buku teks, artikel jurnal ilmiah, laporan penelitian,
dan dokumen resmi. Pemilihan sumber data didasarkan pada kriteria tertentu,
seperti relevansi terhadap tema kajian, kredibilitas sumber, serta publikasi
dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir untuk menjaga relevansi konten dengan
perkembangan terkini dalam dunia pendidikan. Sumber-sumber tersebut dianalisis
untuk menggali konsep-konsep utama terkait teori belajar dan penerapannya dalam
praktik pendidikan.
Fokus utama analisis adalah pada tiga
teori belajar yang memiliki pengaruh signifikan dalam dunia pendidikan, yaitu
behaviorisme, konstruktivisme, dan kognitivisme. Behaviorisme, yang menekankan
pada stimulus dan respons, digunakan untuk memahami aspek mekanis dalam proses
pembelajaran, terutama dalam konteks pembelajaran yang bersifat pengulangan
atau pengkondisian. Konstruktivisme, yang dikembangkan oleh Piaget dan
Vygotsky, menekankan pentingnya pengalaman individu dan interaksi sosial dalam
pembentukan pengetahuan. Sementara itu, teori kognitivisme memberikan wawasan
mengenai peran proses mental, seperti memori dan pemecahan masalah, dalam
pembelajaran. Proses analisis dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap pertama
adalah seleksi literatur, di mana sumber-sumber yang relevan dipilih
berdasarkan kualitas dan relevansi terhadap tema kajian. Tahap kedua melibatkan
sintesis data, yaitu penggabungan informasi dari berbagai literatur untuk
mengidentifikasi tema-tema utama dan hubungan antara teori-teori yang
dianalisis. Tahap ketiga adalah interpretasi data, di mana informasi yang
diperoleh digunakan untuk menjelaskan konsep hakikat belajar dan implikasinya
dalam pembelajaran di berbagai konteks. Kajian ini juga memanfaatkan dokumen
kebijakan pendidikan dari lembaga resmi, seperti UNESCO dan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, untuk memahami bagaimana konsep belajar
diterapkan dalam kebijakan pendidikan di tingkat nasional maupun global.
Pendekatan ini memungkinkan penelitian untuk menghubungkan teori dengan
praktik, sehingga menghasilkan analisis yang lebih holistik dan kontekstual.
Metode studi literatur dipandang sangat
relevan untuk penelitian ini karena memberikan fleksibilitas dalam menganalisis
konsep-konsep abstrak yang berkaitan dengan hakikat belajar. Dengan pendekatan
ini, penelitian dapat memberikan panduan bagi pendidik dan praktisi pendidikan
untuk merancang strategi pembelajaran yang efektif, relevan, dan berbasis
teori.
Hasil dan Pembahasan
Hakikat Belajar
Belajar merupakan proses transformasi yang
mendalam pada individu, mencakup perubahan dalam pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan perilaku. Hakikat belajar melibatkan interaksi dinamis antara
individu dengan lingkungannya, baik secara fisik, sosial, maupun psikologis.
Menurut Vygotsky (1978), belajar tidak hanya terjadi secara individu, tetapi
juga melalui interaksi sosial, di mana individu memperoleh pengetahuan dan
keterampilan melalui bimbingan dan kolaborasi dengan orang lain. Konsep zona
perkembangan proksimal (zone of proximal development) menjadi salah satu
landasan penting dalam memahami hakikat belajar, yang menunjukkan perbedaan
antara apa yang dapat dilakukan individu secara mandiri dan apa yang dapat
dicapai dengan bantuan orang lain. Selain itu, teori konstruktivisme yang
dikemukakan oleh Piaget menekankan bahwa belajar adalah proses aktif di mana
individu membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman langsung. Dalam pandangan
ini, belajar bukan hanya menerima informasi, tetapi juga menciptakan makna dari
informasi tersebut. Dimensi belajar ini mencakup domain kognitif (pemikiran dan
pengetahuan), afektif (emosi dan sikap), dan psikomotorik (keterampilan fisik).
Ketiga domain ini bekerja secara sinergis dalam menciptakan proses pembelajaran
yang bermakna. Dalam konteks pendidikan formal, hakikat belajar bertujuan untuk
menciptakan individu yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan mandiri. Namun,
belajar tidak terbatas pada ruang kelas; belajar informal melalui pengalaman
sehari-hari juga memiliki peran penting. Melalui pembelajaran informal,
individu dapat mengembangkan keterampilan sosial, nilai-nilai budaya, dan
kemampuan adaptasi yang tidak selalu diperoleh dari pendidikan formal.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Belajar
1.
Motivasi
Motivasi merupakan elemen penting dalam
proses belajar. Motivasi intrinsik, seperti minat dan keinginan untuk memahami,
mendorong individu untuk belajar dengan lebih mendalam dan berkelanjutan.
Sebaliknya, motivasi ekstrinsik, seperti penghargaan atau dorongan dari orang
lain, dapat membantu memulai proses belajar tetapi kurang efektif untuk
pembelajaran jangka panjang. Menurut (Sartika et al., 2022), motivasi
intrinsik berkaitan erat dengan keterlibatan emosional individu, yang
menghasilkan pemahaman yang lebih baik dan peningkatan kreativitas. Motivasi
intrinsik dapat diperkuat melalui pendekatan pembelajaran yang relevan dan
bermakna bagi peserta didik. Misalnya, penggunaan proyek yang menarik atau
topik yang sesuai dengan minat peserta didik dapat meningkatkan keterlibatan
mereka dalam proses belajar. Sebaliknya, kurangnya motivasi sering kali menjadi
penyebab rendahnya hasil belajar, terutama ketika peserta didik merasa bahwa
materi yang dipelajari tidak relevan dengan kebutuhan atau minat mereka.
2.
Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar, baik fisik maupun
sosial, memiliki pengaruh signifikan terhadap efektivitas pembelajaran.
Lingkungan fisik yang nyaman, seperti ruang kelas yang bersih, pencahayaan yang
memadai, dan suasana yang tenang, dapat meningkatkan konsentrasi peserta didik.
Di sisi lain, lingkungan yang tidak mendukung, seperti kebisingan atau
fasilitas yang kurang memadai, dapat menghambat proses belajar. Lingkungan
sosial juga memainkan peran penting. Hubungan positif antara pendidik dan
peserta didik dapat menciptakan suasana yang mendukung motivasi dan
keterlibatan. Selain itu, dukungan dari teman sebaya, keluarga, atau komunitas
belajar dapat memperkuat kepercayaan diri dan rasa memiliki peserta didik.
Dalam konteks ini, pendekatan kolaboratif dalam pembelajaran, seperti kerja
kelompok atau diskusi, dapat meningkatkan hasil belajar dengan memungkinkan
peserta didik untuk saling berbagi ide dan pengalaman.
3.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh
pendidik sangat memengaruhi bagaimana peserta didik memahami dan
menginternalisasi materi. Pendekatan pembelajaran berbasis peserta didik,
seperti pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) dan pembelajaran
kolaboratif, telah terbukti meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar.
Strategi ini memberikan ruang bagi peserta didik untuk aktif berpartisipasi,
berpikir kritis, dan mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks nyata. Sebaliknya,
strategi pembelajaran yang terlalu berfokus pada metode satu arah atau ceramah
sering kali kurang efektif karena membatasi interaksi dan eksplorasi peserta
didik. Dalam era digital saat ini, penggunaan teknologi dalam strategi
pembelajaran juga menjadi salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas proses
belajar. Misalnya, penggunaan alat bantu visual, simulasi interaktif, atau
platform pembelajaran daring dapat membantu peserta didik memahami konsep yang
kompleks dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami.
Implikasi Pendidikan
Pemahaman tentang hakikat belajar
memberikan landasan bagi pendidik untuk merancang pengalaman belajar yang lebih
bermakna dan relevan. Pendekatan yang berpusat pada peserta didik menuntut
pendidik untuk tidak hanya menyampaikan informasi tetapi juga menciptakan
lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk belajar secara aktif. Salah
satu pendekatan yang efektif adalah pembelajaran berbasis proyek (project-based
learning), di mana peserta didik diberi kesempatan untuk mengeksplorasi topik
yang relevan dengan minat mereka, bekerja dalam tim, dan memecahkan masalah
dunia nyata. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan hasil belajar tetapi juga
mengembangkan keterampilan sosial, kepemimpinan, dan manajemen waktu. Teknologi
juga membuka peluang baru dalam pembelajaran. Penggunaan platform pembelajaran
daring memungkinkan akses informasi yang lebih luas, fleksibilitas waktu
belajar, dan personalisasi metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan individu.
Teknologi seperti simulasi virtual atau video interaktif juga memberikan
pengalaman belajar yang lebih menarik dan mendalam. Selain itu, pendidikan
harus mencakup pengembangan karakter dan keterampilan sosial-emosional (Ummah, 2019). Belajar tidak
hanya bertujuan untuk mencapai hasil akademik tetapi juga untuk membentuk
individu yang memiliki nilai-nilai etis, empati, dan tanggung jawab sosial.
Pendidikan karakter dan pembelajaran sosial-emosional perlu diintegrasikan
dalam kurikulum untuk menciptakan individu yang tidak hanya cerdas secara
intelektual tetapi juga bijaksana dalam pengambilan keputusan dan interaksi
sosial.
Proses belajar melibatkan berbagai elemen
yang saling berinteraksi, termasuk motivasi, lingkungan, dan strategi
pembelajaran. Pemahaman tentang hakikat belajar membantu pendidik menciptakan
pengalaman belajar yang tidak hanya relevan tetapi juga bermakna. Dengan
mengadopsi pendekatan yang berpusat pada peserta didik, memanfaatkan teknologi,
dan mengintegrasikan nilai-nilai karakter, pendidikan dapat menciptakan
individu yang siap menghadapi tantangan global dan berkontribusi positif dalam
masyarakat.
Penutup
Kesimpulan
Hakikat
belajar merupakan inti dari proses pendidikan yang melibatkan perubahan
mendalam dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik individu. Belajar
tidak hanya tentang transfer pengetahuan tetapi juga melibatkan transformasi
yang menyeluruh, mencakup pembentukan karakter, pengembangan keterampilan, dan
penyesuaian dengan tuntutan kehidupan. Proses belajar memungkinkan individu
untuk memahami, mengevaluasi, dan menciptakan makna dari pengalaman mereka,
sehingga mendukung pertumbuhan pribadi dan social Pentingnya memahami hakikat
belajar terletak pada implikasinya dalam praktik pendidikan. Pemahaman yang
mendalam tentang belajar dapat memberikan panduan kepada pendidik dalam
merancang strategi pembelajaran yang tidak hanya efektif tetapi juga relevan
dengan kebutuhan peserta didik. Pendekatan yang berpusat pada peserta didik,
seperti pembelajaran berbasis proyek dan kolaborasi, memberikan ruang bagi
mereka untuk aktif berpartisipasi dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Di sisi lain, penggunaan teknologi telah membuka peluang besar untuk
meningkatkan fleksibilitas, aksesibilitas, dan personalisasi pembelajaran, yang
semuanya berkontribusi pada efektivitas hasil belajar. Faktor-faktor yang
memengaruhi belajar, seperti motivasi, lingkungan, dan strategi pembelajaran,
saling terkait dalam menciptakan kondisi belajar yang optimal. Motivasi
intrinsik, yang berasal dari minat dan keinginan individu, memainkan peran
penting dalam pembelajaran jangka panjang. Lingkungan belajar yang mendukung,
baik secara fisik maupun sosial, memberikan fondasi bagi terciptanya proses
belajar yang produktif. Selain itu, strategi pembelajaran yang kreatif dan
inovatif dapat membantu peserta didik mengatasi tantangan pembelajaran serta mendorong
eksplorasi dan kolaborasi. Kesimpulannya, hakikat belajar tidak dapat
dipisahkan dari tujuan pendidikan yang lebih luas, yaitu menciptakan individu
yang mandiri, adaptif, dan bertanggung jawab. Pendidikan yang berorientasi pada
pengembangan holistik akan membentuk individu yang tidak hanya kompeten secara
akademik tetapi juga bijaksana secara emosional dan sosial. Dalam dunia yang
terus berkembang, kemampuan untuk terus belajar menjadi salah satu keterampilan
terpenting yang harus dimiliki setiap individu. Oleh karena itu, pendidik dan
pembuat kebijakan memiliki tanggung jawab besar untuk menciptakan lingkungan
dan sistem pembelajaran yang mendukung belajar sepanjang hayat, memastikan
bahwa pendidikan memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi individu dan
masyarakat.
Daftar Pustaka
Astaman.
(2020). Hakikat Belajar Dalam Perspektif Psikologi Pendidikan. Jurnal Ilmiah
Edukatif, 6(1), 35–39. https://doi.org/10.37567/jie.v6i1.104
Avandra, R., Desyandri, & Yeni Erita. (2023). a Korelasi
Hakekat Manusia Sebagai Penerima Dan Pengembang Ilmu Terhadap Konsep Merdeka
Belajar. Didaktik : Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 8(2),
2491–2501. https://doi.org/10.36989/didaktik.v8i2.566
Faizah, H., & Kamal, R. (2024). Belajar dan Pembelajaran.
Jurnal Basicedu, 8(1), 466–476.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v8i1.6735
Fakhrurrazi. (2018). HAKIKAT PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF Oleh :
Fakhrurrazi ∗ ABSTRAK. At-Tafkir, XI(1), 85–99.
Ghufron, I. F., & Baitiyah, B. (2023). Hakikat Belajar
dalam Perspektif Anwar Muhammad al-Syarqawi. Jurnal Dimensi Pendidikan Dan
Pembelajaran, 11(1), 127–131.
https://doi.org/10.24269/dpp.v11i1.8208
Ramadhan, I., Firmansyah, H., Imran, I., Purnama, S., &
Wiyono, H. (2023). Transformasi Kurikulum 2013 Menuju Merdeka Belajar Di Sma
Negeri 1 Pontianak. VOX EDUKASI: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 14(1),
53–62. https://doi.org/10.31932/ve.v14i1.2097
Rika Widianita, D. (2023). KARAKTERISTIK BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN ANAK USIA SEKOLAH DASAR (SD). AT-TAWASSUTH: Jurnal Ekonomi
Islam, VIII(I), 1–19.
Sartika, S. B., Untari, R. S., Rezania, V., & Rochmah, L.
I. (2022). Belajar Dan Pembelajaran.
file:///C:/Users/Acer/Downloads/1315-Article Text-6388-1-10-20230712.pdf
Ummah, M. S. (2019). MENGHADIRKAN KELAS YANG AKTIF DALAM
MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI
PENERAPAN MODEL JURISPRUDENSI. Sustainability (Switzerland), 11(1),
1–14.
http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng-8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciurbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net/publication/305320484_SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELESTARI
1. Muhammad Miftahul Ilmi
2. Mohammad Nurdin Ali Said
3. Tria Yuni Ujianti
4. Akbar firmansyah
5. Wisnu Dharma wibisoo
Post a Comment