Strategi Menyenangkan Membentuk Karakter Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Berbasis Game Edukasi "Pejuang Bangsa Indonesia"

Table of Contents

Penulis: Dioz Syahrul Akbar (2303080089), Sakinah Alicia Rahman (2303080090), Ira Zulfi Yuniar (2303080091), Syifa Fitri Nurani (2303080093), Sarah Hazimah Arianti (2303080097).

Dari: Kelompok 20 Psikologi Pendidikan, Rombel Pukul 11.00 WIB.

Pendahuluan 

    Pembentukan karakter dalam diri seseorang memang sangatlah penting dalam upaya mengatasi degradasi moral. Berbicara tentang karakter, berarti terdapat keterkaitan terhadap sesuatu hal yang melekat dalam diri seserorang atau individu. Karakter merupakan watak atau kepribadian seseorang di mana hal tersebut dapat terbentuk secara positif ataupun negatif, tergantung bagaimana proses pembentukan itu dibangun. Pembentukan karakter dan moral peserta didik di lingkungan sekolah menjadi suatu fondasi dan modal utama dalam mencetak individu atau masyarkat yang berkualitas dalam menjalankan roda kehidupan bangsa. Pentingnya membuat peserta didik lebih bermoral yakni supaya mereka mampu membedakan mana yang merupakan kepentinngan pribadi maupun kepentingan bersama yang telah disepakati. 

    Pendidikan moral dan karakter hadir untuk memberikan keseimbangan antara unsur intelektual dengan perkembangan emosional dan spiritual peserta didik. Dalam pembentukan karakter dan moral terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan oleh guru atau pendidik. Pertama yaitu pendekatan transmisi nilai atau pewarisan nilai-nilai kepada peserta didik. Kedua, pendekatan konstruksi yakni untuk membangun nilai-nilai siswa. Permasalahan yang sering umum dijumpai dalam memberikan pendidikan moral dan karakter peserta didik yakni terdapat pada jenis pendekatan yang digunakan. Umumnya para guru lebih condong ke dalam pendekatan transmisi nilai/pewarisan nilai melalui metode ceramah. Dilansir dari hasil penelitian dalam Jurnal Ilmiah Profesi Guru (JIPG) pada artikel yang berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Praktek dan Ceramah pada pembelajaran Seni Kelas III SD 6 Bulung Kulon” membuktikan hasil bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata siswa dari metode ceramah dan praktik. Hasilnya yakni nilai rata-rata siswa dalam metode pembelajaran praktik lebih tinggi daripada metode pembelajaran ceramah. Siswa lebih mudah menangkap materi karena mereka sudah mempraktikannya langsung. 

    Dari kasus yang telah diungkapkan di atas, dapat diketahui bahwa metode praktik lebih membuat siswa senang dan paham akan materi pembelajaran. Apabila metode ini diterapkan dalam membangun karakter dan moral peserta didik maka siswa akan lebih mudah memahami karakter dan moralnya masing-masing. Guru pun juga akan mudah memahami dan menilai perkembangan karekter dan moral siswa hanya dengan melalui satu metode pembelajaran. Metode pembelajaran praktik ini sebenarnya dapat dikombinasikan dengan model pembelajaran cooperative learning. Model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang menggunakan metode pembagian kelompok selama proses pembelajaran dengan tujuan supaya peserta didik dapat bertukar pendapat bahkan memberi masukan terkait materi yang telah diberikan. Dengan kata lain, cooperative dapat diartikan sebagai bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sama (Hamid Hasan, dalam Solihatin 2013). Model pembelajaran ini sebenarnya dapat mendorong siswa dalam membentuk karakter ataupun moral melalui praktik di kelompoknya nanti. Siswa atau peserta didik dapat kita lihat perkembangan karakter dan moralnya melalui sikap kerjasama antar teman, saling memberikan pendapat, ataupun menghargai pendapat orang lain. 

    Melalui beberapa kasus yang telah dipaparkan tersebut, dapat kita ketahui bersama bahwa masalah yang dihadapi oleh guru dalam melakukan pembelajaran ataupun pendekatan nilai-nilai moral dan karakter hanya terbatas pada pemberian informasi saja atau metode ceramah. Hal inilah yang membuat nantinya siswa atau peserta didik dapat bosan bahkan menghiraukan begitu saja penjelasan dari guru sehingga transmisi nilai-nilai moral tersebut tidak dapat berkembang dan terbentuk dengan baik. Artikel ini akan menyajikan beberapa strategi pembelajaran yang menyenangkan dalam membentuk karakter dan moral peserta didik melalui model pembelajaran cooperative learning berbasis game edukasi “Pejuang Bangsa Indonesia”. Pembelajaran yang digunakan yakni melalui aplikasi game “Pejuang Bangsa Indonesia” yang dapat diinstal melalui playstore. Dengan adanya artikel ini diharapkan dapat memberikan gambaran atau referensi bagi para pendidik dalam memberikan metode pembelajaran yang menarik dan tentunya relevan bagi perkembangan zaman. 

Bagian Utama 

A. Konsep Moral dan Karakter 

   Berbicara mengenai konsep moral dan karakter pasti kedua hal tersebut saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus ditaati. Sedangkan pengertian dari karakter yakni bagian dari kehidupan individu yang tidak dapat dipisahkan, karena karakter menjadi penentu seluruh aspek kehidupan manusia, baik itu moral, spiritual, emosi, intelektual, maupun sosial (Poerwadarminta, 1999). 

  Dalam pendidikan saat ini, konten tentang karakter menjadi hal utama dalam pembelajaran. Pendidikan karakter yang diselenggarakan oleh sekolah tidak hanya pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih daripada itu, yakni penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur. Selain itu, yang tepenting dalam melakukan pendekatan moral dan karakter pada peserta didik yaitu mempraktikan seluruh informasi yang telah didapatkan untuk kebaikan bersama. Praktik yang dilakukan pun tidak hanya sebatas di luar pembelajaran sekolah, tetapi juga dapat dilakukan saat pembelajaran berlangsung sehingga peserta didik dapat memahami secara langsung penerapannya. Dalam hal ini, pendidikan karakter juga dapat diintegrasikan dengan semua mata pelajaran di sekolah. 

B. Tahapan Perkembangan Moral Kohlberg 

    Moral merupakan standar baik dan buruk yang ditentukan seseorang atau individu oleh nilai-nilai sosial budaya di mana individu tersebut menjadi anggota dalam sebuah komunitas sosial. Moralitas diperlukan seseorang dalam kaitannya mewujudkan kehidupan sosial yang harmonis, adil, dan seimbang. Salah satu tokoh yang berperan dalam teori perkembangan moral yaitu Kohlberg. Tahapan perkembangan moral dibagi menjadi tiga bagian yakni tahap prakonvensional, konvensional, dan pasca konvensional (Kohlberg dalam Ibda, 2023). 

  1. Tahap Prakonvesional, pada tingkat ini, seorang individu menilai tindakan berdasarkan konsekuensi langsungnya, seperti hadiah atau hukuman. Moralitas didasarkan pada kepatuhan dan menghidari hukuman. 
  2. Tahap Konvensional, individu mulai memahami aturan sosial dan bertindak sesuai dengan harapan orang lain. Mereka menekankan pada kepatuhan terhadap aturan dan norma sosial. 
  3. Tahap Pascakonvensiona, seseorang mulai membangun prinsip moral sendiri yang lebih universal. Mereka dapat mengevaluasi aturan dan norma berdasarkan prinsip etika yang lebih luas. 

C. Hasil Penelitian 

    Melansir hasil penelitian yang terdapat pada Jurnal Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: e-Saintika dalam artikelnya yang berjudul “Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Dengan Metode Ceramah” menyatakan sebagai berikut: 

  1. Terlihat ada sebagian siswa yang bermain sendiri dalam kelas, pada proses pembelajaran berlangsung siswa lebih cenderung hanya mencatat dan mendengar guru menjelaskan materi tersebut mencatat, sehingga banyak siswa yang bosan, ribut, ngatuk serta keluar masuk di kelas, sehingga siswa kurang berpartisipasi dalam kelas. 
  2. Dari hasil wawancara ternyata ditemukan bahwa guru yang mengajar pada kelas tersebut lebih condong ke dalam metode pembelajaran seperti ceramah, tanya jawab, serta diskusi. 

  Dari hasil penelitian tersebutlah kami mengembangkan pembelajaran dengan model cooperative learning yang dipadukan dengan game edukasi “Pejuang Bangsa Indonesia” berbasis smartphone dan dapat diinstal melalui playstore. Melalui model pembelajaran ini, siswa nantinya dapat mengembangkan karakter bekerja sama, saling menghargai pendapat, serta saling memberi masukan. Hal ini harus dilakukan supaya mereka berhasil menyelesaikan tantangan pada game yang akan dirancang nantinya. 

E. Strategi Pembelajaran

    Pembelajaran yang kami rancang yakni melalui model cooperative learning berbasis game edukasi “Pejuang Bangsa Indonesia” yang dapat diinstal melalui smartphone android. Berikut ini beberapa langkah-langkah model pembelajaran cooperative learning yang dirancang sesuai dengan tantangan dalam aplikasi tersebut: 

  1. Guru atau pendidik membagi siswa di kelas menjadi beberapa kelompok.
  2. Guru atau pendidik memastikan bahwa tiap siswa sudah menggunakan teknologi perangkat        android dan tentunya sudah menginstal aplikasi “Pejuang Bangsa Indonesia” di smartphonenya     masing-,masing.
  3. Di dalam aplikasi tersebut terdapat dua opsi: (a.) Opsi pertama adalah materi (b.) Opsi kedua merupakan sebuah kuis.
  4. Tiap anggota kelompok yang sudah dibagi tadi, dapat membagi tugas yaitu sebagai (a.) Pencari materi (Bertugas mencatat materi penting yang terdapat pada aplikasi tersebut) (b.) Pemain kuis (Bertugas menjawab soal-soal yang ada pada tantangan game tersebut). 
  5. Setelah pencari materi mengumpulkan informasi yang terdapat pada materi game, kemudian ia dapat mempelajarinya bersama dengan pemain kuis ataupun dapat membantu pemain kuis untuk  menjawab tantangan soal dalam permainan tersebut.
  6. Sesi kuis atau permainan dibagi menjadi tiga tahap yakni: (a.) Mencari lokasi pertempuran atau perjuangan para pahlawan nasional yang ada dalam sebuah peta Indonesia.  (b.) Mencocokan nama pahlawan nasional sesuai gambar atau foto yang sudah tertera. (c.) Mencocokan nama pahlawan nasional sesuai gambar atau foto yang sudah tertera. (d.) Menangkap bendera Indonesia, kemudian menjawab setiap pertanyaan yang ada setelah selesai mengklik bendera tersebut. (f.) Satu sesi pada kuis hanya diberi waktu sekitar 1 menit. - Satu soal dengan jawaban yang benar akan mendapat nilai atau poin 10. Poin tersebut kemudian diakumulasi secara keseluruhan dalam tiga sesi.
  7. Siswa dengan nilai tertinggi akan menjadi pemenang dalam permainan ini.
  8. Permainan ini membutuhkan sikap kerjasama yang tinggi dan juga saling menghargai satu sama lain pada tiap anggota kelompok supaya mereka dapat meraih poin tertinggi. 
  9. Siswa atau peserta didik yang enggan untuk bekerja sama dan menghargai pendapat antar anggotanya akan kesulitan menempuh tiap tantangan dalam permainan ini. 

  Melalui permainan dan model pembelajaran yang dirancang ini, diharapkan dapat memperkuat karakter dan moral siswa terutama dalam hal kerja sama, menghargai pendapat, serta saling menasihati satu sama lain. Selain itu, pembelajaran seperti ini juga cocok mejadi alternatif dalam mempraktikan pendidikan karakter secara lebih interaktif dan menyenangkan. 

    Permainan atau game edukasi ini juga dapat mendorong moral siswa pada tahap pascakonvensional. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwasannya tahap konvensional yakni individu mulai memahami aturan sosial atau kebersamaan yang berarti harus mengedepankan kepentingan umum. Dengan cara bekerja sama, bertukar pendapat dan saling menghargai itupun menjadi faktor utama dalam berperilaku sesuai dengan harapan orang lain. 

F. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran 

    Kelebihan dalam strategi pembelajaran dengan model cooperative learning berbasis game edukasi ini yaitu dapat membuat anak-anak/peserta didik lebih memahami bagaimana bertindak dalam sebuah lingkup kelompok sesuai moralitasnya masing-masing. Selain itu, model pembelajaran yang dirancangpun dapat membuat siswa lebih interaktif dan tidak membosankan. 

   Kekurangan dalam strategi pembelajaran ini yaitu tidak dapat diterapkan pada sekolah yang melarang siswa-siswinya dalam mengakses smartphone di sekolah. Hal ini dikarenakan strategi pembelajaran menggunakan aplikasi yang hanya dapat dijalankan menggunakan teknologi gadget atau smartphone sehingga sangat sulit diterapkan pada sekolah yang masih minm untuk mengakses sebuah teknologi.

Kesimpulan 

   Pentingnya membangun moralitas dan karakter peserta didik kini dapat dilakukan melalui pendekatan praktik yang lebih interkatif. Dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning berbasis game edukasi “Pejuang Bangsa Indonesia”, kini anak-anak/peserta didik jauh lebih memahami nilai-nilai moralitas seperti bekerja sama, saling menghargai, dan saling bertukar pendapat satu sama lain. Strategi pembelajaran ini dirancang khsusus untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat melalui tantangan dalam sebuah game dengan mengedepankan sikap kebersamaam, tanggung jawab, serta saling menghargai satu sama lain sehingga sikap-sikap negatif seperti egoisme dan individualisme tidak menghambat proses perkembangan moral dalam diri seorang anak/peserta didik. 

  Mari ajaklah anak-anak atau peserta didik untuk belajar menggunakan model pembelajaran yang sudah kami rancang ini supaya mereka lebih interaktif dan aktif dalam menjalankan nilai-nilai moral sebagai bekal untuk membentuk karakternya. Semoga dengan adanya penulisan artikel ini, dapat membantu para guru atau pendidik dalam mengembangkan model pembelajaran yang lebih menyenangkan dan juga mudah untuk dipahami oleh siswa/peserta didiknya. 

Infografis




Video Penjelasan



Daftar Pustaka

Maharani, L. (2014). Perkembangan moral pada anak. KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan Konseling (E-Journal), 1(2), 93-98. 

W.J.S. Poerwadarminta. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet.16. Jakarta: Balai Pustaka.

Hapsari, Y. D., Rahmawati, S. A., Sani, F. A., Baskoro, A. P., Lestari, R., & Nadia, S. (2023). Pengaruh metode pembelajaran praktek dan ceramah pada pembelajaran seni kelas III SD 6 BulungKulon. Jurnal Ilmiah Profesi Guru (JIPG), 4(2), 137- 145. 

Faiz, A. (2022). Peran guru dalam pendidikan moral dan karakter. Jurnal Education and development, 10(2), 315-318. 

Manik, N. D. Y., & Tanasyah, Y. (2020). Pendidikan Karakter Dalam Perkembangan Moral Peserta Didik. Didache: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, 2(1), 50-62. 

Solihatin, E. (2013). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Strategi Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Team Game Turnamen (TGT). Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, 13(1), 65-71. 

Ibda, F. (2023). Perkembangan Moral Dalam Pandangan Lawrence Kohlberg. Intelektualita, 12(1).

Sumiyati, S., Nurjannah, N., & Khotimah, H. (2017). Perbandingan Hasil Belajar IPS Terpadu Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Dengan Metode Ceramah. Jurnal Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: e-Saintika, 1(1), 33-44

Post a Comment