Meningkatkan Keterampilan Bahasa dengan Sentuhan Sains: Aktivitas Menarik untuk Anak Usia 4-6 Tahun

Table of Contents

    Penguasaan bahasa setiap individu berkembang secara dinamis dan bertahap. Pada masa kanak-kanak, perkembangan bahasa memegang peranan sangat penting. Anak dapat mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar melalui bahasa yang dimilikinya. Contoh konkrit perkembangan bahasa pada anak usia 4-6 tahun yaitu saat menjelaskan konsep cuaca, guru meminta anak untuk mengamati kondisi cuaca di sekitarnya. Kemudian anak dapat mendiskusikan dengan kalimat sederhana mengenai apa yang sudah dilihatnya, seperti awan, hujan, atau matahari. Kegiatan ini tidak hanya akan membantu seorang anak untuk mengembangkan kosakata baru, tetapi juga untuk meningkatkan keterampilan berbicara dan mendengarkan. Selain itu, eksperimen sederhana seperti menanam pohon dapat menjadi cara yang menarik untuk mengintegrasikan pembelajaran antara sains dan bahasa. Dengan metode ini, anak-anak dapat memperkuat kemampuan berbicara dan mengekspresikan gagasan sambil belajar bagaimana menggunakan istilah-istilah ilmiah. Diskusi mengenai eksperimen ini juga memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk saling bertanya dan berbagi pengalaman sehingga tercipta lingkungan belajar yang interaktif dan mendorong perkembangan bahasa.

    Namun ini masih menjadi kendala bagi pendidik karena pada usia ini anak-anak belum mengerti banyak tentang bahasa sains. Karena ini hal baru bagi mereka, sehingga dapat menghambat pemahaman mereka terhadap konsep-konsep dasar dalam ilmu pengetahuan. Anak-anak seringkali lebih mudah memahami informasi melalui pengalaman langsung. Jika anak pada usia tersebut tidak diberi kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan tentang temuannya, maka perkembangan bahasanya akan terganggu. Dengan demikian, penting bagi seorang guru untuk memastikan bahwa anakanak termotivasi untuk berbicara, bertukar ide dan menggunakan kosakata baru secara sederhana dalam konteks ilmiah, sehingga memungkinkan mereka unuk mengembangkan keterampilan bahasa yang mereka perlukan dalam memahami dunia lingkungan belajar.


Infografis Metode Experiential Learning (Kelompok 13)


    Keterampilan dalam berbahasa merupakan salah satu penunjang akademik dan sosial di masa mendatang. Tentunya, hal tersebut harus sudah dilatih dan diasah sejak dini. Jika ditinjau dari psikologi, perkembangan bahasa memiliki tahapan yang berbedabeda dari rentang umur yang sudah dikelompokkan. Selain itu, terdapat sebuah penelitian yang menyebutkan bahwasannya proses berbahasa sudah dimulai sejak bayi masih dalam kandungan pada trimester akhir. Perkembangan tata bahasa dan penyusunan sebuah kalimat umumnya dimulai sejak anak berusia 4-6 tahun.

    Baru-baru ini terdapat sebuah informasi bahwasannya matematika akan diajarkan dan dikenalkan kepada anak-anak sejak berada pada jenjang pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK). Hal tersebut tentunya tidak mudah bagi seorang pendidik untuk mengajarkan hal dasar terkait matematika atau sains ke murid yang masih terbatas dalam kemampuan berbahasa. Tentunya, seorang pendidik harus menyesuaikan kemampuan bahasa pada anak rentang usia 4-6 tahun agar mereka dapat menerima pembelajaran dengan baik. Dengan begitu, terlebih dahulu seorang anak dilatih untuk mengembangkan kemampuan berbahasa yang nantinya dapat mempengaruhi proses pembelajaran matematika dan sains yang akan diterima oleh mereka.

    Ilmu matematika dan sains merupakan salah satu ilmu yang tidak hanya berpacu pada teori saja. Tetapi juga perlu adanya penerapan secara eksperimental agar dapat tersampaikan dengan jelas. Perkembangan bahasa terkait keilmiahan atau sains pada anak usia 4-6 tahun tentunya masih sangat terbatas dan sulit untuk diterima secara teoritis oleh anak. Oleh karena itu, pembelajaran dengan berbasis visual atau eksperimental dihadirkan untuk menjadi solusi dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dalam ilmu sains.

    Metode pembelajaran mengacu pada eksperimen adalah salah satu metode pembelajaran aktif. Metode pembelajaran tersebut adalah Experiential Learning. Jika melihat umur anak pada rentang 4-6 tahun maka metode tersebut dapat diterapkan dengan terlebih dahulu memberikan visual atau eksperimen kepada anak dan dilanjutkan dengan penjelasan secara teoritis. Dengan begitu, rasa ingin tau yang lebih pada anak-anak akan muncul dengan sendirinya karena anak-anak cenderung akan terpantik jika terdapat visual yang menarik. Visual yang dihadirkan tersebut digunakan seorang pendidik untuk menganalisis kemampuan pemahaman sains seorang anak dengan melatih anak untuk menjelaskan mengenai apa yang mereka pahami terkait visual tersebut. Visual yang dihadirkan dapat berupa gambar, fenomena sains pada kehidupan, ataupun eksperimen dasar. Selain itu, seorang pendidik juga akan mengetahui sejauh apa keterampilan berbahasa atau kosa kata yang dimiliki oleh seorang anak. Maka, dari hal tersebut seorang pendidik dapat mengenalkan beberapa istilah sains dengan bahasa yang sesederhana mungkin untuk dipahami oleh anak-anak.

    Namun, hal tersebut tentunya tidak lepas dari faktor lain yang memengaruhi keterampilan berbahasa seorang anak. Orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan dalam keterampilan berbahasa dan kognitif seorang anak. Jika orang tua cenderung acuh dan tidak memperhatikan hal tersebut maka kemampuan berbahasa seorang anak juga akan sulit untuk dikembangkan. Dengan cara mengulas kembali apa pembelajaran yang mereka dapatkan maka akan memberikan dampak ingatan yang lebih kuat dan kemungkinan berkembangnya kosa kata yang lebih. Walaupun terdapat sebuah penelitian yang menyatakan bahwa anak-anak cenderung memiliki ingatan yang lebih kuat dibandingkan orang dewasa. Akan tetapi, pernyataan tersebut tidak menutup kemungkinan terhambatnya pembelajaran seorang anak. Hal tersebut dapat terjadi karena jika mengingat era saat ini merupakan era digital yang dimana seorang anak justru cenderung akan mudah terdistraksi oleh game (sudah dikenalkan gadget sejak dini). Oleh karena itu, pengawasan dan kepedulian orang tua sangat penting dalam mendukung pembelajaran seorang anak.

    Metode Experiential Learning memiliki beberapa kelebihan dalam pembelajaran anak usia 4-6 tahun, seperti meningkatkan motivasi, membuat pembelajaran lebih bermakna, dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan bahasa. Metode ini juga bersifat holistik, melibatkan berbagai aspek perkembangan anak. Metode ini juga memiliki kekurangan, yaitu membutuhkan waktu dan persiapan yang matang, bergantung pada ketersediaan lingkungan dan media yang memadai, membutuhkan dukungan orang tua, dan pendidik harus dapat menyederhanakan istilah sains agar sesuai dengan tingkat pemahaman anak. 


    Penguasaan bahasa pada anak usia 4-6 tahun merupakan proses dinamis yang memengaruhi keterampilan sosial dan akademik. Keterlibatan orang tua dan pendidik sangat penting dalam mendukung perkembangan bahasa, terutama melalui metode Experiential Learning yang melibatkan eksperimen sederhana dan visual. Metode ini terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan berbahasa, memperkaya kosa kata, dan mendorong berpikir kritis. Penulis mengajak pendidik dan orang tua untuk menerapkan pembelajaran berbasis pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan lingkungan yang mendukung eksplorasi dan diskusi. Dukungan dari lingkungan sangat penting bagi perkembangan bahasa anak, dan kolaborasi antara pendidik dan orang tua dapat membantu anak membangun keterampilan berbahasa yang kuat sebagai fondasi kesuksesan sosial dan akademik di masa depan.


Kelompok 13

1. Meyta Vica Khoirun Nisa

2. Nailin Najah

3. Najmu Nisa Sufaat

4. Erina Anggraeni

5. Kayla Rahma Agnita

Post a Comment